Dalam konteks lain, mahasiswa mungkin dianggap sebagai anak, dan dosen sebagai orang tua. Dalam metafor ini, anak berproses dari masa anak-anak menjadi manusia yang lebih matang. Dosen tidak hanya berperan membentuk nilai-nilai yang diyakini dan perilaku mahasiswa, tetapi juga melatih mahasiswa bertanggung-jawab dan mendorong independensi. Seperti halnya mendidik anak, kadang jeweran dan merelakan anaknya jatuh dengan sedikit luka tidak menjadi masalah selama dimaksudnya untuk menjadikan mahasiswa menjadi lebih dewasa dan matang.
Manfaat pendekatan ini adalah bahwa mahasiswa dapat menjadi manusia yang unik dengan identitasnya sendiri dengan dukungan dan dorongan dari dosen. Tetapi, jika mahasiswa memberontak, seperti anak yang memberontak kepada orangtua, bisa jadi mahasiswa akan berganti pembimbing yang dirasa lebih mengerti dia.